Selasa, 12 Juli 2011

Dauroh Penyelengaraan Jenazah


Siang itu, Ahad, (4 Juni 2011), halaman Mesjid Al Munawwaroh UIR diramaikan oleh mahasiswa/I yang tergabung dalam organisasi UKMI Al Kahfi UIR. Maksud mereka berkumpul disana adalah untuk melanjutkan kegiatan yang dinamai “Dauroh Penyelenggaraan Jenazah”. Sekitar  pukul 13.30 WIB, setelah makan siang mereka melanjutkan kegiatan praktek penyelengaraan jenazah, mulai dari memandikan hingga mengkafaninya. Acara ini ditaja oleh Departemen Kaderisasi UKMI Al Kahfi UIR, dengan tujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang penyelenggaraan jenazah yang benar. “ Penyelenggaraan jenazah bukanlah hal yang rutin terjadi, perkara penyelenggaraan jenazah juga bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, sehingga memang perlu kita adakan dauroh “ ujar Firman, salah satu staf kaderisasi UKMI. Sebelum praktek penyelenggaraan jenazah, peserta disuguhkan dengan materi-materi tentang penyelenggaraan jenzah, adab-adab ketika ada orang yang meninggal serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang ternyata tidak sesuai dengan syariat islam. Adapun yang bertindak sebagai pemateri pada acara tersebut adalah Ustadz Edi Sutan Pasaribu, S.Pdi. Pemateri menyampaikan betapa pentingnya menyelenggarakan jenazah itu, salah satu adab-adab bertetangga dalam masyarakat adalah menyelenggarakan jenazah, ketika ada tetangganya yang meninggal dunia.  

            Rangkaian acara pada awalnya dilaksanakan di aula laboratorium dasar fisika, penyampaian materi dimulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB dan dilanjutkan dengan praktek penyelenggaraan jenazah pada pukul 01.30 WIB setelah ISHOMA. Peserta yang hadir juga tidak sedikit, 45 orang peserta akhwat dan 30 orang peserta ikhwan. Ini merupakan diluar target yang ditetapkan oleh departemen kaderisasi sebelumnya. Seperti yang dituturkan oleh Koordinator departemen kaderisasi, Hendra Pustaka “Target awal peserta kita adalah 50 orang, namun ternyata berlebih”. Hal ini membuat staf kaderisasi menjadi sedikit kewalahan. Pada prakteknya terjadi sedikit kendala, hal ini disebabkan karena  tidak adanya peserta yang mau menjadi figure seorang mayat, namun akhirnya salah seorang ikhwan rela menjadi mayat bohongan. “Praktek penyelenggaraan ini benar-benar terasa karena mayatnya (bohongan) memang ada”, ujar salah seorang peserta sambil tersenyum. Setelah serangkaian praktek penyelenggaraan ibadah dilaksanakan, acara ditutup dengan memberikan bingkisan kepada pemateri, dan do’a. Semoga acara ini bermanfaat bagi kita semua. Bagi yang menyelenggarakn, bagi yang menghadiri dan mendangarkan. Amin            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar