Rabu, 12 Oktober 2011

Menanti Berkah Pemuda

Asy-Syabab, atau masa muda, sebagaimana ungkapan Syaikh 'Atiyah Muhammad Salim diambil dari kata syabba-yasyubbu, artinya adalah tinggi. Kata ini bisa juga dipakai untuk mensifati api. Contohnya adalah: Syabbat an-naar, yang maknanya adalah api yang menjilat-jilat tinggi. Sehingga kata asy-syabab bisa diartikan sebagai kekuatan besar, menggelora, membara yang mengalir deras. (Syaikh 'Atiyah Muhammad Salim, Syarah Bulughul Maram)

                Kaitannya dengan hal ini, maka ada yang menyatakan bahwasanya masa muda adalah separoh gila atau bagian dari gila. Ini adalah sebuah ungkapan yang sangat unik. Dikatakan begitu karena gelora masa muda itu terkadang bisa menghilangkan akal sehat sehingga tidak bisa berpikir rasional. Hal itu disebabkan oleh kecenderungan yang lebih terhadap keinginan diri serta didukung oleh keberanian mengambil suatu langkah tanpa memikirkan apa akibat yang akan terjadi nantinya. (Muhammad bin Yusuf asy-Syami, Subulul Huda war Rosyad, fi Siroti Khoiril 'Ibad)
Seorang penyair yang mengatakan:

               Jika aku kembali muda seperti dulu  
               Pasti aku laksana dahan kokoh bercengkerama dengan hembusan angin
                Tapi sudahlah menjadi ketentuan bahwa yang telah berumur akan berkurang
                Dimakan zaman yang terus berjalan dan berputar

                Makanya, tidaklah ekstrem jika dikatakan bahwa masa muda adalah layaknya baju baru, sedang masa tua adalah seperti baju yang telah usang. Karena semakin bertambah usia seseorang menuju usia tua tentu ada sesuatu yang berkurang darinya. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Allah Swt dalam firman-Nya:

               
"Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada kejadian(nya)semula. Maka apakah mereka tidak memikirkan?" (QS. Yaasin: 56).

Masyarakat muslim cukup unik binaan strukturnya. Islam mendidik individu-individunya agar setiap orang daripada mereka menjadi satu unit yang lengkap lagi melengkapi. Dia seumpama batu-bata yang teguh, disusun bersama batu bata yang lain dalam suatu bangunan yang besar. Proses ini bermula sejak pembentukan masyarakat Islam pertama di bawah petunjuk Nabawi. Antara seruan pertama Islam ialah sabda Rasul s.a.w :
“Allah memberi hidayah melalui kamu seorang lelaki lebih baik bagi kamu daripada unta Humr an-Ni’am (jenis unta yang paling tinggi nilainya)” [Muttafaq ‘alaih)
Semenjak saat itu, setiap individu  generasi awal Islam memikul fikrah Islamiah dan aqidah yang murni dalam pemikiran mereka. Keimanan yang mendalam dan mantap di dalam jiwa-jiwa mereka.Terbukti dalam kata-kata, tingkah laku dan gerak, diam mereka.
Setiap individu di kalangan mereka seolah-olah membentuk sebuah umat. Sebagaimana sabda Nabi s.a.w terhadap peribadi Abu ‘Ubaidah al-Jarrah:
“Dia bagaikan sebuah umat”
Khalid al-Walid di medan perang mewakili sebuah umat. Beliau bertanggungjawab membebaskan dan menumbangkan Rum di tanah Arab. 
‘Abdul Rahman bin ‘Auf di dalam bidang ekonomi mewakili sebuah umat. Dialah yang berperan memecahkan monopoli Yahudi di Madinah yang sekian lama sebelumnya menguasai kegiatan ekonomi Madinah.
‘Umar al-Khattab dalam soal keadilan mewakili sebuah umat. Lorong-lorong Madinah dijelajahinya untuk menangani permasalahan rakyat. Para Gubernur dan penguasa dievaluasi setiap tahun kebijakannya. Sehingga semua hak ditunaikan pada tempatnya.
Mus’ab bin ‘Umair pula dalam usaha da’wah mewakili sebuah umat. Tiada satu rumah di Madinah melainkan dimasuki cahaya da’wah Islamiah dan petunjuk al-Quran.Mu’az bin Jabal disertifikasi Rasulullah Sebagai seorang Umat Yang paling mengetahui Halal dan Haram..
Benarlah kata-kata Abu Bakar as-Siddiq yang menyifatkan:
"La Yuhzamu Jayshun Fihi Al-Qa’Qa Ibn Amr - Sawtu Al-Qa’Qa Fil Ma’arakati Ya’dulu Alfa Rajulan"
“Takkan terkalahkan tentera didalamnya ada al-Qa’qa ibn Amr, Suara Qa’qa’ di medan perang menyamai seribu pahlawan”.
Sewaktu pembukaan Mesir oleh tentera Islam di bawah Amr al-’As, Umar al-Khattab telah mengirim 4 ribu tentera sebagai tambahan. Pasukan tambahan tentera ini disertai oleh Zubair al-’Awwam, Miqdad bin Amr, Ubadah bin Shamit dan Muslimah bin Mukhlid, yang dikatakan setiap orang bernilai lebih dari seribu orang. Saidina Umar memberi amanat kepada Amr bin al-’Ash, "Kamu harus tahu bahwa kamu mempunyai 12 ribu tentera, dan 12 ribu tentera tidak akan dikalahkan disebabkan bilangan mereka". Dan sukseslah pembukaan Mesir yang agung di dalam sejarah Islam.

Eddy Syahrizal
General Manager QR-Foundation For NKRI
www.klikqr.com  
http://qr-eddysyahrizal.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar